Wilujeng Sumping, alias SELAMAT DATANG... di blog simkuring... moga-moga aya manfaat nu tiasa katampi... hapunten nu kasuhun... bilih aya raheut manah...

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

30 December 2009

Visi Gerakan Dakwah Masa Depan



Penulis: Fathuddin Jafar, MA
Visi Gerakan Dakwah Masa Depan haruslah sesuai dengan visi Islam itu sendiri. Kalau tidak, maka Gerakan Dakwah sulit berkembang dan bahkan sangat mudah meyimpang dari teori dan nilai-nilai yang diserukan dan diperjuangkan.


2. Visi Gerakan Dakwah Masa Depan

Visi Gerakan Dakwah Masa Depan haruslah sesuai dengan visi Islam itu sendiri. Kalau tidak, maka Gerakan Dakwah sulit berkembang dan bahkan sangat mudah meyimpang dari teori dan nilai-nilai yang diserukan dan diperjuangkan. Adapun visi Gerakan Dakwah Masa Depan adalah :

“Menjadi model Gerakan Dakwah moderen yang mampu memeberikan pencerahan, jawaban, keteladanan dan perubahan dalam berbagai lapangan kehidupan umat manusia (Muslim dan non Muslim) melalui sistem-sistem dan nilai-nilai Islam sehingga mereka meraih kebahagiaan dan keselamatan (kasih sayanga Allah) di dunia dan akhirat”.

Visi tersebut merupakan saripati dari apa yang diinginkan Allah sebagaimana dalam firman-Nya :

ÙˆَÙ…َا Ø£َرْسَÙ„ْÙ†َاكَ Ø¥ِلاّ رَØ­ْÙ…َØ©ً Ù„ِÙ„ْعَالَÙ…ِينَ “

Dan Kami tidak mengutus Engkau sebagai Rasul wahai Muhammad, melainkan menjadi rahmat bagi alam semesta” (Q.S. Al-Anbiyak /21 : 107).

Agar dapat bergerak dan berjuang sesuai dengan visi tersebut, gerakan dakwah perlu didesain seindah mungkin sehingga mampu menampilkan wajah menarik dan bisa tersenyum pada siapa saja, kendati kepada musuh Allah. Namun pada saat lain, bisa juga marah dan bersikap tegas ketika melihat kemungkaran, kemusyrikan atau kezaliman menimpa masyarakat, kendati dilakukan oleh bapak, anak, saudara, pemimpin atau sahabat mereka se jama’ah atau se partai.

Gerakan Dakwah Masa Depan ialah gerakan yang interaktif, tidak ekslusif dan tertutup dalam berbagai aktivitasnya, sehingga mampu menjangkau semua orang kendati bukan dari kelompoknya. Mereka bisa diterima dan mendapatkan pelayanan dengan penuh kasih sayang dan diperlakukan sebagai saudara Muslim, kendati bukan dari anggota jama’h, kelompok atau partainya sendiri.

Yang mendominasi ucapan, perbuatan dan sikapnya terhadap sesama aktivis Gerakan Dakwah yang berlainan jama’ah, partai dan organisasi dalam semua pergaulannya adalah rahmah (kasih sayang) dan tawadhuk (rendah hati). Tidak pernah meremehkan tokoh, kelompok, jama’ah atau partai Islam lain kendati masih terdapat berbagai perbedaan pandangan dalam sarana serta startegi perjuangan. Berkata tegas, terbuka, bersikap sopan dan husnuzzhon merupakan attitude (moralitas) sehari-hari. Sikap tersebut bukan hanya berlaku sesama kelompok, jama’ah atau partainya, atau sesama gerakan dakwah lainnya, melainkan mencakup pula kaum Muslimin yang mengucap dan meyakini لا اله الا الله, محمد رسول الله . (Tiada tuhan (yang pantas disembah) selain Allah dan Muhammad Saw adalah Rasulullah).

Pada waktu yang sama, aktivis masa depan tidak ragu dan gentar sedikitpun (ewuh pakewuh) memeberikan nasehat dan kritikan kepada pemimpin dan sesama aktivis yang menyimpang dari ajaran Islam. Bahkan jika penyimpangan tersebut sudah menjadi kebiasan, khususnya terkait hal-hal yang sangat prisip sperti berbohong, haus kekuasaan, congkak / sombong, bekerjasama dengan musuh Islam untuk mendapatkan kursi, jabatan dan harta, atau untuk memerangi kelompok Islam lain, komersialisasi (kapitalisasi) dakwah, jama’ah dan partai dan lain sebagainya yang sangat membahayakan eksistensi dakwah Islam, maka para aktivis masa depan tidak boleh ragu dan takut sedikitpun meluruskan penyimpangan tersebut dengan cara yang sesuai dengan tingkat penyimpangannya.

Terhadap umat Islam yang masih jauh dari nilai-nilai Islam, diperlakukannya dengan baik bagaikan dokter memperlakukan pasiennya. Ditanya kondidisinya, apa saja yang dilakuakan sebelumnya, dianalisah dengan teliti sebab-sebab penyakitnya, diberikan resep yang sesuai dengan penyakitnya dan dinasehati agar tidak melanggar pantangan yang mungkin menyebbkan penyakitnya kambuh kembali atau membuat virusnya tidak mati. Kalau pasien tersebut tidak punya biaya untuk menebus resep yang dibuatnya, ia pun dengan sangat bahagia dan ikhlas merogoh koceknya untuk diberikan kepada sang pasien agar bisa menebus resep obat yang dituliskannya. Karena perbuatan tersebut adalah bagian dari amal saleh yang akan memberatkan timbangannya di akhirat kelak, terlepas dari motif apakah pasien tersebut mau ikut jama’ah atau kelompoknya atau tidak.

Di samping itu, Ia juga mengingatkan pasiennya agar tidak lupa baca Basmalah (Bismillahirrohmanirrohim) ketika hendak memakan obatnya serta diingatkan yang menyembuhkan itu hanya Allah Rabbul ‘Alamin semata. Ia tidak lebih sebagai seorang dokter yang melakukan ikhtiyar yang diperintahkan agamanya. Sebab itu, dia sadar betul tidak akan pernah GR ketika melihat pasiennya sembuh segar bugar. Terakhir, ia mohonkan doa’a agar Allah memberikan kesembuhan bagi pasienya agar dapat menghirup udara segar dan menikmati kesehatan sejati, sehat imannya, sehat Islamnya, sehat akhlaknya, dan sehat prilaku kehidupannya.

Terhadap sesama manusia yang tidak seiman, selalu menatapnya dengan wajah yang ramah dan hati yang penuh keprihatinan. Perlakuan yang baik, khususnya terkait masalah duniawi (mu’amalah). Pancaran rasa kemanusiaan yang alami yang didorong spirit keimanannya selalu menyinari wajahnya. Pergaulan dengangnya dihiasi dengan akhlak mulia, tutur sapa yang baik dan kejujuran bermu’amalah (profesionalisme). Bukan sebagai tempai meminta-minta kucuran dana tau sumbangan dengan alasan kemaslahatn DAKWAH, atu objek “Faik” (harta rampasan) hanya karena mereka berbeda agama.

Mereka adalah kawan selama tidak dalam masa perang atau memusuhi agamanya. Namun, ketika masa berperang tiba, mereka adalah lawan jika berdiri di depan atau bergabung dengan saf orang-orang yang memerangi Islam dan umatnya. Akhirnya, jangan lupa do’akan mereka semoga nanti di suatu hari Allah jadikan ia tokoh atau prajurit yang mengangkat kemualiaan Islam sebagaimana yang dicontohkan baginda Rasul Muhammad Saw terhadap Umarain (Umar Ibnu Al-khattab dan Umar Bin Hisyam/ Abu Jahal)

Tabel 1.A Pola Hubungan/Interaksi Gerakan Dakwa Masa Depan


03 December 2009

Masjid Zaman Nabi Saw


Masjid al-Haram
Sejarah Perkembangan

Satu di antara bangunan suci yang bersifat artistik dan bersejarah adalah Masjidil Haram. Masjid yang terletak di tengah-tengah kota Mekah dan dikelilingi beberapa bukit ini merupakan pembentukan kembali dan ikhtisar dari keselarasan, ketertiban, kedamaian alam semesta yang telah ditetapkan Allah SWT sebagai rumah peribadatan abadi kaum Muslim.

Konon, pada masa Rasulullah saw hingga Khalifah Abu Bakar, Masjidil Haram belum memiliki dinding di sekelilingnya. Besarnya pun belum sebesar sekarang ini, dan belum diberi penerangan lampu-lampu dari bahan bakar minyak zaitun di sekitar Baitullah (Ka'bah). Keadaan ini sudah sejak Nabi Ibrahim As, sampai suatu ketika Umar bin Khathab yang menjabat sebagai khalifah kedua membeli rumah-rumah yang ada dan berserakan di sekeliling Ka'bah. Oleh Umar rumah-rumah yang telah dibelinya itu, diruntuhkan untuk memperluas Masjidil Haram tersebut. Dan dibuatnya dinding pada sekeliling masjid, dengan ketinggian lebih rendah dari manusia. Di atas dinding-dinding masjid itu, diletakan lampu-lampu oleh Atabah bin Azrak untuk menerangi Masjidil Haram tersebut.



Pelebaran dan perluasan Masjidil Haram inipun dilanjutkan pula oleh Utsman bin Affan, karena semakin bertambah banyak dari tahun ke tahun orang yang melakukan shalat di masjid itu. Oleh Utsman bin Affan, Masjidil Haram itu dibuatkan kamar-kamar bilik (ruang), yang dinamakan ruak, pada sekeliling masjid, untuk digunakan sebagai asrama.



Perluasan Masjidil Haram oleh Utsman bin Affan terjadi pada tahun 26 Hijriah, dan diteruskan oleh Abdullah bin Zubair cucu dari Abu Bakar pada tahun 75 Hijriah. Kemudian oleh Abdul Malik bin Marwan ditambah ketinggian masjid tersebut dengan perhiasan emas 50 karat pada tiap-tiap tiangnya.



Oleh Al-Walid, Masjidil Haram diperindah dengan ukiran yang terjalin antara kalimah dengan motif bunga. Pada beberapa tempat diberi dinding dari batu marmer dan batu pualam yang dipahat dengan seni yang tinggi. Maka Masjidil Haram pun menjadi tempat peribadatan yang ideal laksana gambaran nuansa Surgawi, karena dalam arsitektur Islam tak terdapat ketegangan. Bahkan, bangunan suci Islam selalu meletakan ketenangan dan kemuliaan sesuai dengan sifat batin alamiahnya ketimbang sesuatu yang bertentangan dengan sifat material yang ada.


Arsitektur Islami



Arsitektur Islam memanfaatkan sepenuhnya cahaya dan bayangan, kehangatan dan kesejukannya, angin dan sirkulasinya, air dan efek penyejukannya, tanah dan ciri-ciri isolatifnya serta sifat-sifat protektifnya terhadap cuaca. Jauh dari adanya percobaan untuk melawan dan menantang alam dan irama-iramanya, arsitertur Islam selalu selaras dengan lingkungan. Arsitektur Islam senantiasa melakukan perubahan sedikit mungkin untuk menciptakan lingkungan yang manusiawi, menjauhi pengingkaran titanis dan karya-karya artistiknya.



Kota Islami berkembang secara perlahan dari bumi, mempergunakan semaksimal mungkin sumber-sumber alam itu sendiri. Dan apabila ditinggalkan biasanya secara perlahan akan kembali lagi ke perut bumi. Arsitektur Islam ini bukan hanya menyatukan diri dalam paduan harmoni dan keutuhannya. Selain itu keselarasan ekologis dalam arsitektur Islam tradisional bukanlah kebijaksanaan ekologis yang asal-asalan, dan juga tidak berdasarkan pertimbangan ekonomis dalam pengertian modern, melainkan merupakan konsekuensi dan alam spiritualitas Islam.



Pada kenyataannya, harus ditekankan bahwa arsitektur suci Islam adalah sebuah kristalisasi dari spiritualitas Islam dan kunci untuk memahami spiritualitas ini. ruang yang terdapat di Masjidil Haram dan masjid-masjid lainnya dalam wilayah kota Islami telah diciptakan untuk memberikan perlindungan dan tempat manusia dapat menikmati, melalui ke-agungan spiritualitas itu juga. Kedamaian serta keselarasan alam yang suci sebagai refleksi surga. Yaitu, surga yang terkandung dalam lubuk dan pusat keberadaan manusia yang menggemakan kehadiran Tuhan. Ini karena hati orang yang beriman adalah singgasana yang Maha Penyayang.



Dan semua ciri serta filosofi arsitektur Islam mewujud lewat kehadiran Masjidil Haram yang dibangun secara terus menerus oleh tokoh-tokoh umat Islam dari seluruh Dunia.



Tokoh Pembangun



Bila dirunut, beberapa tokoh yang terlibat dalam pembangunan Masjidil Haram adalah :



Ziad bin Abdullah Al'Harasith, pada 137 Hijriah, dan dia pula-lah yang mendirikan menara Bani Sahm.



Abu Ja'far Al'Mansyur, pada 140 Hijriah. Dialah yang menutup kembali dengan batu marmer saat Hajar Aswad agak sedikit keluar dari tempatnya semula, yang diselesaikan dengan hanya dalam satu malam saja.



Al'Mahdi, pada 161-167 Hijriah. Dia-lah yang menjadikan posisi Ka'bah terletak di tengah-tengah Masjidil Haram, dan membuat masjid tersebut dalam bentuk kebudayaan Islam yang sangat indah.



Harun Al'Rasyid Khalifah Mu'tadhid Al'Abbasi. Dia-lah yang memasukkan gedung bersejarah (Darun Nadwah) ke dalam Masjidil Haram.


Khalifah Al'Muktadir Billah yang memperluas bagian sebelah barat Masjidil Haram, dan pintu Ibrahim pada 376 Hijriah.


An'Nasir Hasan bin Nasir Muhammad bin Khalawun pada 760 Hijriah, dialah yang membuat tempat air minum.


Ali bin Umar, melakukan perbaikan pintu besar yang bernama : As-Salam, dan ia pulalah yang mewakafkan kitab-kitab untuk perpustakaan Masjidil Haram, pada 781 Hijriah.


Amir Zainal Abidin Al'Utsmani, mengadakan pembuatan pintu masjid dan perhiasannya, pancuran air dan perbaikan atap Ka'bah. Pada tanggal 28 Syawal 802 Hijriah (malam Sabtu) Masjidil Haram terbakar api (terjadi kebakaran), api berasal dari Rubat Nazir Al'Khas, letaknya dekat pintu Azurah di sebelah barat Masjidil Haram. Api membakar seluruh bagian barat masjid, kemudian pada 803 Hijriah diperbaiki oleh Amir Bessak Az-zahiri sampai 804 Hijriah.


Salim Khan, pada 979 Hijriah memperbaharui loteng dan kubah-kubah yang bundar dan indah seperti sekarang ini. kemudian dilanjutkan oleh Ahmad Bey, Muallim Muhammad Al'Mis'ri dan Sultan Murad.


Pada 1072 Hijriah dilanjutkan oleh Sulaiman Bey, yang saat itu menjabat sebagai Wali Jeddah dengan dana yang diberikan oleh Sultan Mesir, yakni Muhammad Kizlar Agha.


Setelah itu secara terus menerus, Masjidil Haram mengalami perbaikan dan penyempurnaan dari hampir semua penguasa Muslim dunia. Hingga akhirnya ketika keluarga Ibnu Saud berkuasa di Arab Saudi, tradisi menyempurnakan masjid ini pun ditangani langsung keluarga kerajaan tersebut.


Keutamaannya


Salah satu bentuk keutamaan dari Masjidil Haram terungkap lewat sabda Rasulullah saw: Shalat di masjidku ini lebih baik dari pada seribu kali shalat yang dilakukan di tempat lain, yang selain Masjidil Haram (HR Bukhari-Muslim). Maka seorang muslim yang melakukan shalat di Masjidil Haram ini di ibaratkan seperti pantulan sinar matahari di permukaan air.


Masjid menjadi penting bukan sekadar karena menjadi tempat berdoa orang-orang yang beriman, tetapi masjid juga merupakan lantai tempat mereka menundukan diri. Dengan demikian juga menyucikan lantai masjid dan mengembalikan lantai ini ke kesucian yang murni sebagaimana bunyi semula pada permulaan penciptaanya. Nabi Muhammad saw pertama kali menunaikan di depan Singgasana Tuhan (Al-Arsy) sebelum beliau mengerjakan shalat di atas tanah (farsy). Maka dengan penyucian kembali farsy sebagai refleksi arsy mengembalikan bumi ke kondisi primordialnya sebagai cermin dan pantulan surga.
Masjid al-Aqsha
Bahan Bantahan
Masjidil Aqsa merupakan kawasan bagian dari kompleks bangunan suci yang berada di Yerusalem dikenal dengan nama Al Haram asy Syarif bagi umat Muslim. Literature Islam menyatakan bahwa Muhammad diangkat ke Sidratul Muntaha dari lokasi ini pada tahun 621 dan menjadikan Masjid ini sebagai tempat suci Islam yang ketiga.

Menurut keterangan diatas hal tentang Isra Miraj ini sangat rancu, kenapa saya bilang begitu??? Karena Masjidil Aqsa tiada pernah ada pada zaman Muhammad, karena Masjidil Aqsa yang sebenarnya dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Umayyah pada tahun 66 H selesai hingga 73 H. Hal ini sangat rancu lagi absurd tentang cerita ini, dapatkah ummat Islam menjawabnya????

Hal aneh lagi terus datang seputar Isra Miraj Muhammad, saya pernah membaca di HS Buchari Vol 004 Book 055 No 636, saya ambil kutipannya:

“Volumn 004, Book 055, Hadith Number 636.
Narated By Abu Dhaar : I said, "O Allah's Apostle! Which mosque was built first?" He replied, "Al-Masjid-ul-Haram." I asked, "Which (was built) next?" He replied, "Al-Masjid-ul-Aqs-a (i.e. Jerusalem)." I asked, "What was the period in between them?" He replied, "Forty (years)." He then added, "Wherever the time for the prayer comes upon you, perform the prayer, for all the earth is a place of worshipping for you."”

Hal yang sangat janggal dan penuh kekarutan terjadi dikarenakan cerita ini, bahwa kita dapat menarik suatu kesimpulan dari ajaran Muhammad ini bahwa Masjidil Aqsa berada di Jerusalem.
Kita dapat melihat dan menguji serta mengkalkulasikan hitungan dari Nabi tercinta ini, Muhammad bersabda bahwa jarak kedua Masjid ini adalah 40 tahun. Maka baiklah kita mengujinya.

Menurut Islam bahwa Masjidil haram dibangun oleh Sayidina Abraham yang pernah hidup di bumi ini 2000 BC, serta Masjidil Aqsa ini merupakan masjid yang dibangun diatas reruntuhan bangunan Haeekal (Bait Allah) oleh Salomo, yakni 958 – 951 AD, maka kalkulasi yang benar adalah 1040 tahun. Menurut Muhammad bangunan ini jaraknya adalah 40 tahun jadi telah meleset 1000 tahun. Kenapa Nabi suci ini meleset dalam perhitungan yang segampang ini, kemungkinan besar Muhammad mengarang dan mengalami disorientasi waktu dalam perhitungannya, sungguh memalukan bagi Nabi yang satu ini yang tiada pernah berhitung dan lagi penuh dengan kekarutan dan absurd.
Pertanyaan saya bagi Islamic Scholar adalah:

1.Bagaimana mungkin Allah lupa mencatitkan dan menyampaikan kepada Muhammad via Jibril kedalam Kalam Allah (Qur’an) tentang satu halpun dalam tata cara salat?

2.Kenapa harus mencari tata cara salat kedalam Hadith Shahih Buchari, ra dan Muslim yang jaraknya sangat jauh setelah kematian Muhammad?
3.Lalu dimana letak Masjidil Aqsa yang sebenarnya, kalau menurut Nabi anda jelas – jelas menunjukkan letaknya di Yerusalem????

4.Kalau memang letaknya adalah di Yerusalem sesuai dengan ucapan nabi anda, kenapa para Scholar baik orientalis maupun zaman dulu tidak pernah mencatitkan tentang Masjid ini???

5.Setau saya Masji Aqsa ini tiada pernah dibangun sebelum atau pada waktu zaman Muhammad, kenapa Islam mengarangnya???

6.Kenapa terjadi kesalahan dalam pengkalkulasian tentang rentang waktu pembangunam kedua masjid ini oleh Muhammad??? (http://mengenal-islam.t35.com/IsraMiraj.htm)
Masjid Quba
Masjid Bani Zuraiq
Masjid Al-Bara bin 'Azib
Masjid kaum 'Itban bin Malik

01 December 2009

Perkuat Aktualisasi Aqidah

Aqidah dalam ajaran Islam memegang peranan penting guna kekokohan sebuah perjuangan.

Asas 1:
Aqidah merupakan suatu ikatan kuat yang tertanam dalam hati dan melahirkan dorongan untuk berbuat sesuai dengan kerangka keilmuan masing-masing.

Dalam asas ini termuat beberapa hal penting sebagai berikut.
1. Definisi Aqidah
Aqidah, berasal dari kalimat 'aqada...ya'qidu...'aqdan...'aqidatan, yang bermakna akad, tali,

2. Posisi Aqidah
Aqidah adalah suatu pegangan hidup yang terletak dan tertanam kuat dalam hati. Istilah "hati" dalam ajaran Islam merupakan sesuatu yang terletak dalam dada, bukan di kepala. Dengan ini, hati menjadi kunci pembuka dan pendorong yang merupakan sinergitas antara ilmu yang ada di belahan otak dan akal yang melakukan proses penyerapannya ke dalam hati.
Dalam al-Quran diisyaratkan bahwa salah satu penyebab seseorang binasa di neraka adalah memiliki hati tetapi tidak digunakan untuk berakal, "la ya'qilun".

3. Kerangka Ilmu
Cerminan aqidah seseorang dapat dilihat dari sejauh mana ia memahami berbagai aspek dalam ajaran Islam, terutama aspek-aspek yang berkait erat dengan aqidah.

Langganan Artikel

Dengan mengisi data di sini, sobat akan menerima artikel-artikel baru dari kangyosep.blogspot.com

Masukkan alamat email sobat di sini:

Dipersembahkan oleh: LANGGANAN KAMI